Menarik sekali peristiwa yang dilukiskan oleh penginjil Lukas dalam bacaan hari ini. Masa puasa kita yakini sebagai masa untuk membangun kehidupan rohani untuk menjadi semakin dekat dengan Tuhan. Hal ini kelihatannya menekankan usaha kita untuk mendekati Allah. Dari perikop injil hari ini kita melihat sesuatu yang lain sama sekali. Yesus menyampaikan dua gerakan yang saling bertemu. Gerakan pertama adalah Allah yang mendekati manusia, "Yesus melihat seorang pemungut cukai, yang bernama Levi, sedang duduk di rumah cukai". Yesus yang pertama melihat Levi dan bukannya Levi yang melihat Yesus. Gerakan kedua adalah kebutuhan manusia akan penyembuhan sebagaimana diungkapkan oleh penginjil pada bagian akhir dari perikop ini "Bukan orang sehat yang membutuhkan tabib, tetapi orang sakit".
Dari dua gerakan itu nampaknya Yesus memberikan perhatian pada gerakan pertama yaitu Allah yang mencari manusia yang tersesat. Gerakan pertama ini memang terasa sekali dalam seluruh cerita Kitab Suci, baik perjanjian lama maupun perjanjian baru. Dengan itu penginjil Lukas mau menekankan wajah Allah yang senantiasa mencari manusia yang tersesat. Allah selalu ada waktu untuk mencari gambarannya, kembarannya yaitu manusia sendiri. Allah tidak pernah akan capai untuk hal ini.
Gerakan Allah yang demikian merupakan gambaran dari wajah Allah yang amat penting untuk diberi perwujudan dalam hidup manusia dewasa ini. Wajah Allah yang demikian semakin sirna terutama dalam karya pastoral di segala tingkat. Sebagai orang Kristiani, kita mendapat ajakan hari ini untuk menampilkan wajah Allah yang demikian dalam hidup haria kita. Bagi para petugas pastoral (entah tertahbis maupun tidak) wajah Allah yang demikian menjadi visi pelayanan yang amat menantang.
Dalam masa puasa ini kita diajak untuk merenungkan wajah Allah yang demikian dan kita membiarkan diri kita dipandang oleh wajah seperti itu sehingga kita sungguh mengalami penyembuhan dan pengampunan.
Ya Tuhan, terimakasih karena Engkau telah menyingkapkan wajah Allah yang mengasihi kami orang-orang yang berdosa ini.
Copyright © 26 Februari 2009 by Anselm Meo SVD
Copyright © 25 Februari 2009 by Anselm Meo SVD