Minggu, 28 Juni 2009
Minggu Biasa XIII
Bacaan : Mk 5, 21-43
Membaca Injil pada hari Minggu ini, saya teringat akan judul yang diberikan kepada perikop ini ketika saya mengikuti retret beberapa tahun lalu. Sang pastor yang membawa renungan itu, yang adalah seorang ahli Kitab Suci memberi judul agak lain dari yang tertulis di dalam Kitab Suci, yakni "Kisah tentang Dua Puteri Israel".
Yah ... Injil yang kita renungkan hari ini berkisah tentang dua puteri Israel yang dalam salah satu aspek hidup mereka sebenarnya adalah orang-orang yang "terisolasi" dari masyarakat Israel pada umumnya. Yang pertama adalah puteri Yairus, yang dikhabarkan telah menderita sakit sejak masa kecilnya dan sekarang dinyatakan sebagai orang yang telah mati. Bagi Yairus yang adalah kepala rumah ibadat Yahudi, kesakitan dan kematian anak satu-satunya ini menjadikan hubungannya dengan masyarakat Yahudi terisolasi. Ia merasa terbeban dalam hidupnya karena kehilangan anak satu-satunya adalah suatu aib yang dibicarakan dalam masyarakat. Itulah sebabnya pertolongan segera sangatlah ia butuhkan. Dan untuk meminta pertolongan itu ia tak peduli dengan kedudukannya. Ia datang bersujud meminta Yesus agar Yesus menyembuhkan anaknya.
Orang kedua yang disinggung dalam Injil adalah wanita yang menderita pendarahan selama dua belas tahun. Wanita yang demikian dalam budaya Yahuda seharusnya tidak boleh ada di kerumunan orang banyak. Betapa resiko yang diambilnya ketika ia memutuskan untuk menyentuh jubah Yesus. Kalau saja ketahuan, ia pasti akan dirajam dan mati. Tetapi karena kerinduan akan sembuh dan karena kepercayaannya, ia nekat bertindak. "Asal kujamah saja jubahnya, aku akan sembuh," bathinnya ketika itu.
Dan akhirnya tibalah pernyataan kuasa Tuhan atas mereka itu. Sang wanita itu diminta tampil kedepan, "Siapa yang menjamah jubahKu?" tanya Yesus ketika merasa ada kekuatan yang keluar dari diriNya. Dan wanita itu tak bisa bersembunyi lagi. Ia harus memberi kesaksian tentang karya ajaib yang terjadi pada dirinya. Juga Yairus diminta Yesus untuk tidak usah takut. Iman keduanya mendatangkan keajaiban. Iman itu mendatangkan pemulihan hubungan yang telah rusak karena sakit, dosa, hukuman sosial. Sentuhan dengan Tuhan Yesus membuat wanita itu sembuh. Sentuhan dengan Tuhan Yesus membuat anak Yairus bangkit dan hidup. Dan keduanya terintegrasi kembali ke dalam masyarakatnya. Tuhan mengembalikan mereka kepada hubungan yang harmonis dengan sesamanya, keluarga dan masyarakatnya.
Bagi kita kisah ini sarat pesan, terutama ketika kita harus mempertimbangkan berbagai hubungan antara kita dengan masyarakat. Betapa banyak hal yang membuat hubungan di antara kita tak harmonis, yang membikin kita atau saudara kita terisolasi dari sesama. Mungkin ada banyak dari antara kita terbeban dengan kenyataan pengalaman pahit di masa lalu. Mungkin ada yang terbelenggu oleh bayang-bayang ketakutan akibat kesalahan, dosa, dan tak mau tampil lagi ke depan umum, karena merasa tak pantas, takut ketahuan.
Wanita yang disembuhkan dan Yairus yang meminta kesembuhan bagi puterinya adalah contoh buat kita masa kini. Sentuhan mereka dengan Yesus sungguh menyelamatkan, sungguh mengembalikan keharmonisan dalam diri mereka, sungguh melepaskan beban yang mereka tanggung. Dan kita? Apakah kita masih berpikir bahwa ada beban yang kita tanggung yang tak bisa diselesaikan oleh Tuhan? Masihkah ada iman yang sungguh dalam diri kita tentang karya Tuhan yang bermaksud menyelamatkan dan membebaskan kita? Kita mesti menyerahkannya kepada Tuhan.
Tuhan Yesus, sering masa lalu yang kelam membuat kami kehilangan keberanian untuk keluar dari diri sendiri dan menyentuh Dikau. Semoga kisah dua puteri Israel dalam Injil hari ini membuka mata iman kami, untuk percaya bahwa dalam Dikau ada penyelesaian atas segala permasalahan hidup kami. Amin.
Copyright © 27 Juni 2009, by Ansel Meo SVD
Tidak ada komentar:
Posting Komentar