Kamis, 29 Oktober 2009
Bacaan : Rom 8, 31-39
Ketika merayakan kanosasi atau beatifikasi, kita selalu menyaksikan betapa hidup dan perjuangan mereka yang akan dinyatakan sebagai santo atau beato seringkali diwarnai oleh perjuangan heroik yang menjadikan mereka pantas digelarkan demikian. Ada begitu banyak kebajikan dan keutamaan yang menjadikan mereka pantas untuk dinyatakan sebagai orang kudus. Namun tak dilupakan pula kenyataan bahwa sering sekali mereka harus berhadapan dengan kesulitan yang amat serius, yang mereka atasi karena kekuatan dan bantuan Allah sendiri.
Menjadi kudus karenanya adalah satu tujuan hidup Kristiani. Kisah para kudus yang kita kenal sebagaimana digambarkan di atas sesungguhnya diwarnai oleh karakter dasar ini, yakni kenyataan bahwa mereka hidup selalu dalam kesatuan dengan Allah, mereka tak pernah terpisah dari Allah. Karena itu, kita bisa mengatakan bahwa jika orang Kristen mau menjadi kudus, mau mencapai kekudusan hidup, maka mereka harus selalu bersatu dengan Allah, hidup mereka tak boleh dipisahkan sesaatpun dari Allah.
Santu Paulus dalam suratnya hari ini membenarkan kenyataan ketakterpisahan antara hidup seorang pilihan Allah dengan Allah mereka. Ia menulis demikian, "Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya atau pedang? ... sebab aku yakin, bahwa baik maut maupun hidup ... tidak akan dapat memisahkan kita dari Kasih Allah yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita."
Seperti orang kudus, Paulus percaya bahwa jika kita ingin menjadi kudus, kita mesti percaya dan menyerahkan diri kita kepada kasih Allah. Kasih Allah inilah sumber kekuatan kita, yang tak akan mampu memisahkan kita dari Allah Tuhan kita. Kita juga hendaknya percaya bahwa kasih yang sama ini telah diletakkan di dalam hati kita, dan memampukan kita untuk mempersembahkan hidup kita bagi sesama dan bagiNya.
Bila inilah yang kita pegang, maka sebagai orang Kristen kita hendaknya selalu mencari dalam segala sesuatu kekuatan positip yang mendekatkan manusia satu sama lain dan mendekatkan mereka dengan Allah. Bagi orang Kristen, tantangan dan kesulitan yang nampaknya buruk sekalipun memiliki aspek positip untuk membaharui dirinya dan dunia kehidupannya.
Nah melihat aspek positip dari keseharian kita sesungguhnya adalah upaya untuk melihat Allah yang selalu bersama kita, suatu upaya dan jalan untuk menggapai kekudusan sebagai tujuan hidup Kristen.
Tuhan, kiranya mata hati dan budi kami memampukan kami melihat kehadiranMu dalam segala sesuatu yang ada di sekitar kami, dalam yang baik, juga dalam kesulitan yang menimpa kami. Amin.
Copyright © 25 Oktober 2009, by Anselm Meo SVD
Tidak ada komentar:
Posting Komentar