Kamis, 26 Maret 2009
Masa Puasa
Bacaan : Yoh. 5,31-47
Dari penggalan Injil hari ini, kita mengetahui bahwa Kitab Suci sebenarnya memiliki satu tugas utama yakni memberikan kesaksian bahwa hidup Yesus adalah jalan yang menuntun kepada keselamatan. Sabda Yesus ini mengajak kita juga untuk melihat kekuatan yang telah menuntun Israel sebagai bangsa. Jauh sebelum pengenalan akan Allah sebagai Pribadi, mereka dituntun oleh kebijaksanaan ilahi yang berisi pesan-pesan atau Sabda yang disampaikan para utusan. Sabda atau pesan ini lalu diteruskan kepada Israel sebagai bangsa, dan mereka menjadikannya sebagai pedoman hidup mereka.
Dan kebijaksanaan Allah yang begitu menghendaki kebaikan dan keselamatan bagi mereka inilah yang terus menerus berusaha mendekati manusia. Dan dalam Yesus, kebijaksanaan dan Sabda itu sungguh menjadi daging dan berbicara seperti manusia kepada manusia. Inilah yang disampaikan penginjil Yohanes dalam Injil hari ini. "Tetapi Aku mempunyai suatu kesaksian yang lebih penting dari pada kesaksian Yohanes, yaitu segala pekerjaan yang diserahkan Bapa kepada-Ku, supaya Aku melaksanakannya. Pekerjaan itu juga yang Kukerjakan sekarang, dan itulah yang memberi kesaksian tentang Aku, bahwa Bapa yang mengutus Aku. Bapa yang mengutus Aku, Dialah yang bersaksi tentang Aku. Kamu tidak pernah mendengar suara-Nya, rupa-Nyapun tidak pernah kamu lihat, dan firman-Nya tidak menetap di dalam dirimu, sebab kamu tidak percaya kepada Dia yang diutus-Nya."
Yesus sesungguhnya mengingatkan kita tentang kekuatan SabdaNya, yang setiap hari kita baca dan kita renungkan dalam Kitab Suci. Pertanyaan fundamental untuk kita ialah, kalau SabdaNya itu tidak bisa meyakinkan kita tentang segala karya cinta kasih Allah buat manusia, nah, bagaimana kita dapat diselamatkan? Apakah hidup dan kematian serta kebangkitan Yesus yang menjadi dasar iman kita itu tak bisa meyakinkan kita bahwa Allah begitu mencintai kita?
Sabda Tuhan dalam diri Yesus yang kita dengar dan kita renungkan dalam Kitab Suci memang tak akan pernah dihadirkan penuh kehebatan seperti sebuah rumusan majik yang dihafal dan mengubah sesuatu. Ia berkeuatan mengubah tapi bukan seperti rumusan ajaib bin salabin yang dihafal dan dilakonkan para pesulap. Ia mengubah kalau ia menjadi satu dengan kita, menjadi tutur kata dan prinsip tindak kita.
Kalau demikian, bagaimana kita memperlakukan Sabda itu sebagai pemberi kesaksian tentang karya kasih Allah? Ibarat nasihat dan ajakan seorang sahabat yang sangat kita cintai, yang kita pertimbangkan untuk kita ikuti, demikianlah seyogyanya kita memperlakukan Sabda Allah yang kita renungkan dan kita baca. Biarkan dia menyentuh keterbukaan hati kita, agar rahmat dan belaskasihan Allah diam dan berkarya untuk kita. Amin.
Tuhan Yesus, dewasa ini kami membaca bayak hal, ilmu, yang kami pertimbangkan sebagai yang membantu kami untuk hidup lebih baik. SabdaMu memiliki kekuatan yang jauh lebih dahsyat dan mengubah kami. Semoga kami berbuka hati menerima dan mengamini SabdaMu. Amin.
Copyright © 25 Maret 2009 by Ansel Meo SVD
Tidak ada komentar:
Posting Komentar