Kamis, 30 Juli 2009
Peringatan Santu Petrus Krisologus
Masa Biasa
Bacaan: Kel 40:1.4.15-16.27.34-37; Matius 13: 47-53
Bacaan pertama hari ini diambil dari bagian terakhir Kitab Keluaran, dokumen pembentukan bagi iman orang-orang Yahudi. Besok kita akan memasuki Kitab Imamat dan selanjutnya Kitab Bilangan.
Tetapi bacaan hari ini menggambarkan dengan sangat hidup, tidak hanya tentang Tabut Perjanjian, tempat Diam Allah, tetapi juga tujuannya dalam membimbing orang-orang Israel, yang tengah berziarah menuju Tanah Terjanji. Rupanya ini merupakan suatu penglihatan yang mengagumkan kepada umat dan suatu tanda yang menegaskan perihal penyelenggaraan Allah. Dan ini sekaligus diharapkan dapat mengundang kita untuk merefleksikan pertanyaan-pertanyaan dalam hidup harian kita. Di mana aku telah mengenali kehadiran Allah, Tabernakel Allah dalam hidupku sepanjang rentang waktu 24 jam yang lalu? Apakah aku dengan tulus mengizinkan Tuhan untuk membimbing aku? Dalam hal-hal apa saja aku menemukan diriku tidak pantas untuk memasuki tempat diam Allah? Dan bagaimana aku mengizinkan hal itu bersinar dalam kata-kata dan perbuatan-perbuatanku?
Selanjutnya dalam Injil, Santu Matius masih mengundang kita untuk merenungkan perumpamaan Yesus tentang Kerajaan Surga. Dalam perumpamaan hari ini pun kita diingatkan bahwa Allah tidak tergesah-gesah bertindak sebagai seorang hakim yang memisahkan orang-orang baik dari orang-orang jahat. Allah membiarkan, mengizinkan keduanya hidup, hingga tiba suatu pengadilan final pada akhir zaman.
Kebaikan dan kejahabatan merupakan kenyataan-kenyataan yang tak terpisahkan dari hidup kita manusia. Ada sisi gelap dan terang dalam diri kita masing-masing dan di antara kita. Oleh karena itu, Injil hari ini sekaligus mengusung ajakan kepada kita untuk menguji tingkat kesadaran kita: “sisi mana dari kedua sisi itu yang menang dalam diriku? Keadilan Allah dan kebaikan manusia atau kerajaan Setan dan kejahatan manusia? Adalah lebih baik mengambil sikap saat ini untuk memilih kehidupan dan cinta kasih daripada melanggengkan hingga pada hari pengadilan terakhir.
“Betapa indah tempat kediam-Mu ya Tuhan, semesta alam. Jiwaku hancur karena merindukan pelataran-pelataran Tuhan. Jiwa dan ragaku bersorak-sorai kepada Allah yang hidup. Bahkan burung pipit pun mendapat sebuah rumah, dan burung-burung layang-layang sebuah sarang, tempat menaruh anak-anaknya. Mezmab-Mu ya Tuhan, semesta alam, ya Rajaku dan Allahku. Berbahagialah orang-orang yang diam di rumah-Mu, yang senantiasa memuji-muji Engkau. Berbahagialah orang-orang yang kekuatannya di dalam Engkau, yang berhasrat mengadakan ziarah. Mereka berjalan makin lama makin kuat hendak menghadap di Sion. Lebih baik satu hari di pelataran-Mu daripada seribu hari di tempat lain; lebih baik berdiri di ambang pintu rumah Allahku, daripada diam di kemah-kemah orang fasik” (Mzm 84). Amin.
Copyright@ 30 Juli 2009, by: P. Paskalis B. Keytimu, SVD
Tidak ada komentar:
Posting Komentar