Rabu, 29 Juli 2009
Peringatan Santa Martha
Masa Biasa
Bacaan: Kel 34:29-34; Lk 10: 38-42
Pada hari ini kita merayakan peringatan Santa Martha, saudari Lazarus dan Maria. Kita tentu mengenal baik kepribadiannya. Injil mengungkapkan bahwa Marta adalah seorang pribadi yang sungguh mencintai sesama dan menghendaki mereka bahagia. Ia diberkati dengan sikap murah hati dan kepribadian yang penuh entusias. Ketika mendengar bahwa Yesus akan datang untuk suatu kunjungan keluarga, ia langsung mulai mempersiapkan segala sesuatu untuk sebuah perjamuan. Itulah cara yang pantas dalam menerima dan memperlakukan orang-orang penting. Dan itulah yang dilakukan Martha. Padahal, apa yang seharusnya Martha upayakan adalah terlebih dahulu mengetahui apa sesungguhnya Yesus harapkan. Dan benar bahwa kegembiraannya yang besar dalam mempersiapkan segala sesuatu demi menjamu Yesus justru merupakan kekeliruannya.
Santu Matius memperlihatkan hal ini dengan jelas. Sesudah Martha menyadari bahwa waktu terlampau cepat bergeraki dan bahwa ia tidak akan sanggup memperhatikan segala pekerjaannya, ia pergi kepada Yesus dan memohon: “Tuhan, tidakah Engkau peduli bahwa saudaraku membiarkan aku melayani seorang diri? Suruhlah dia membantu aku” (Lk 10:40). Tetapi Yesus menjawabnya: “Martha, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, tetapi hanya satu saja yang perlu, Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil daripadanya” (Lk 10:41-42). Syukur bahwa Martha langsung menyadari kekeliruannya. Ia memahami makna kata-kata Yesus. Karena itu, Martha segera meninggalkan kesibukkan di dapur, melupakan perjamuan, dan mengambil bagian untuk duduk di bawah kaki Yesus. Hal seperti ini, biasanya terasa berat dan sulit sekali bagi orang-orang yang cenderung berpikir mapan tentang rencana-rencana mereka dan cenderung berakar di dalam rencana-rencana tersebut.
Seringkali kita seperti ketiga murid yang sedang menyaksikan transfigurasi Yesus di atas puncak gunung, yang enggan mau turun dari sana. Kita begitu senang dan bangga dengan pelayanan-pelayanan kita dan mengalami begitu banyak keberhasilan, sehingga terasa sulit untuk melepaskan atau mengalihkan kepada orang lain pun ketika kita sudah tak mampu atau begitu lemah untuk melanjutkan karya tersebut. Selalu saja ada kecurigaan bahwa tak ada orang yang memiliki kualifikasi istimewa untuk menggantikan kita. Tak ada kompetensi, juga menjadi alasan yang sering menjadi pergumulan. Begitu berakarnya kita dalam cara pandang demikian hingga akhirnya menghantar kita untuk menuai ketidak-efektifnya karya kita pun bisa menjadikan kita orang-orang yang membosankan bahkan memuakkan.
Adalah menjadi suatu berkat memiliki sikap murah hati dan entusias. Dan kita berdoa agar sikap-sikap itu terus menjadi nilai-nilai yang menarik dan kooperatif dengan harapan dan kebutuhan umum. Juga, adalah menjadi suatu berkat apabila pada waktunya kita menjadi sadar bahwa kita tidak punya kekuatan abadi dan kompetensi yang tak pernah kendur dan dengan hati lapang tunduk dan membiarkan orang-orang lain mengambil alih tugas-tugas kita.
“Tuhan Yesus, Engkau adalah Kebangkitan dan Kehidupan. Kuatkanlah iman dan harapanku sesuai dengan janji-janji-Mu, agar aku boleh menyemarakan kegembiraan Injil kepada sesama di sekitarku.” Amin.
Copyright@ 29 Juli 2009; by: P. Paskalis B. Keytimu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar