Minggu Biasa Ke-17
Pesta Santo Yoakim Dan Santa Anna
Minggu, 26 Juli 2009
2Raj 4: 42-44; Ef 4: 1-6; Yoh 6: 1-15
Kita semua tentu mengenal siapa itu Muder Teresa. Tentang Muder Teresa, ada sebuah kisah menarik sebagai berikut. Konon, Muder Teresa diundang untuk menyampaikan pidato perihal karyanya ditengah orang-orang sakit, orang-orang yang berada dalam kondisi sekarat atau yang memprihatinkan, dan anak-anak yatim-piatu. Kemudian, ada seorang peserta, yang tampaknya ingin membantu Muder Teresa, bertanya: “Anda telah melakukan begitu banyak hal untuk membuat dunia ini menjadi suatu tempat diam yang lebih baik. Apa yang dapat kami lakukan?” Muder Teresa sambil tersenyum dan dengan sederhana menjawab: “Cintailah anak-anakmu.” “Ada banyak hal dan cara lain yang dapat anda lakukan, tetapi, itulah hal terbaik. Cintailah anak-anakmu. Cintailah anak-anakmu sepanjang hidupmu dan sejauh kemampuanmu”, lanjut Muder Teresa.
Kata-kata ini sungguh indah dan merupakan sebuah nasihat yang penuh inspirasi. Indah dan inspiratif, bukan hanya untuk para orangtua, para bapa-ibu, tetapi untuk setiap orang karena kita semua dipanggil untuk mencintai. Anda mungkin bertanya: “Bagaimana kita seharusnya mencintai?” Ada banyak jawaban yang dapat ditawarkan, namun ada satu jawaban yang diberikan kepada kita dalam Bacaan Kedua pada Hari Minggu ini. Santu Paulus menulis, “,,,aku menasihati kamu, supaya hidupmu sebagai orangp-orang yang telah dipanggil berpadanan dengan panggilan itu. Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut dan sabar. Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu dan berusahala memelihara kesatuan Roh dalam ikatan damai sejahtera” (Ef 4:1-3). Paulus memohon agar kita menghayati suatu kehidupan yang pantas seturut panggilan kita. Panggilan kita adalah untuk mencintai. Dan itu merupakan panggilan seorang Kristen Katolik.
Tetapi masing-masing kita masih memiliki suatu panggilan yang khusus: panggilan menjadi orangtua, menjadi seorang istri dan seorang suami, panggilan menjadi seorang putra dan seorang putri, juga panggilan menjadi seorang imam, religius, biarawan dan biarawati. Tuntutannya jelas, yakni hayatilah hidup itu sepadan dengan panggilan kita masing-masing. Sebagai ayah atau ibu yang baik, atau suami atau istri yang baik, pun sebagai putra atau putri yang baik adalah seseorang yang membangun dan memberikan dukungan. Orangtua yang baik, adalah orangtua yang tahu memberi putra-putrinya sesuatu yang lebih. Ketika orangtua meningkatkan atau memajukan pendidikan dan memberikan sokongan kepada anak-anak, ibu-bapa membantu mereka untuk hidup. Jika anak-anak hidup dalam suasana yang penuh toleransi, mereka belajar untuk tahu bersabar, Jika anak-anak hidup dalam atmosfir saling mendukung, mereka belajar percaya diri. JIka anak-anak hidup dalam lingkup yang tahu bersyukur, mereka belajar untuk menghargai. Jika anak-anak hidup dalam iklim kejujuran, mereka belajar untuk berlaku dan bertindak adil. Jika anak-anak merasakan adanya tanggung jawab, keamanan dan perlindungan dalam komunitas keluarga, mereka akan belajar memiliki iman. Jika anak-anak merasakan adanya pengakuan dan restu dalam keluarga, mereka akan belajar menghargai dan menghormati diri mereka sendiri. Jika anak-anak merasakan adanya penerimaan dan persahabatan dalam keluarga, mereka akan belajar untuk menemukan cinta kasih di dalam dunia ini.
Nasihat yang inspiratif dan indah itu, bukan hanya untuk para orangtua, para bapa dan ibu, tetapi juga berguna untuk siapapun dalam segala relasi dengan sesama. Jika kita memberikan dukungan kepada orang lain, kita sesungguhnya meningkatkan kepercayaan diri mereka. Jika kita tahu berterima kasih kepada orang lain, mereka akan menjadi lebih menghargai. Jika kita memperlakukan orang lain dengan jujur mereka akan mengalami keadilan. Jika kita menghargai orang lain, mereka tidak akan merasa rendah diri. Jika kita menerima orang lain dan berlaku baik terhadap mereka, mereka akan menjadi lebih penuh cinta.
Santu Paulus bilang, “Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut dan sabar” (Ef 4:2), dengan kata lain, “Cintailah satu terhadap yang lain.” Pertanyaannya adalah: “Apakah dalam segala sesuatu yang kita lakukan, dilakukan untuk mencintai dan membantu orang-orang lain? Atau, “Apakah kita kadang-kadang justru berusaha untuk merendahkan orang lain, melukai dan menyakiti mereka lewat kata-kata dan perilaku kita?”
Copyright@ 25 Juli 2009, by: P. Paskalis B. Keytimu, SVD
Tidak ada komentar:
Posting Komentar