Sabtu, 13 Juni 2009
Masa Biasa
Bacaan: Matius 5: 33-37
“Alangkah kokohnya kata-kata yang jujur” (Ayub 6:25). Dalam Injil hari ini Yesus mengangkat satu isu tentang kejujuran dan keselarasan dalam tutur kata serta perilaku sebagaimana adanya. Apa maksud Yesus berbicara tentang hal ini? Jujur terhadap diri sendiri dan jujur terhadap sesama. Sayang sekali bahwa banyak orang dewasa ini, tak keruan gagal menghayati secara benar akan tuntutan ini. Tidak mengherankan kalau terjadi ketidakpercayaan terhadap banyak posisi kepemimpinan dan pengaruhnya. Allah adalah sumber dari segala kebenaran dan hanya pada Allah tidak ada kesalahan pun kepalsuan. Sabda-Nya adalah Kebenaran dan hukum-Nya adalah Kebenaran. Kebenaran Allah membebaskan kita dari ilusi, kebohongan dan kemunafikan. Yesus mengajarkan para murid-Nya bahwa Kebenaran akan memerdekakan kamu (Yoh 8:32).
Kita bertanya: “Mengapa terasa begitu sulit untuk bersikap jujur dan berkata benar?” Kebenaran sesungguhnya menuntut komitmen, sehingga kita dengan leluasa menghayati kehidupan kita seturut tuntutan itu dan menjadi orang-orang yang setia memberi kesaksian tentang kebenaran. Yesus mengajarkan para murid-Nya untuk mencintai kebenaran tanpa pamrih, tanpa membingkainya dengan syarat-syarat tertentu. Ia menentang kesaksian palsu dan segala bentuk kebohongan dan sumpah palsu atas nama Allah sendiri. Kesaksian hidup seorang murid seharusnya langsung mampu meyakinkan dan menghantar orang untuk percaya tanpa perlu lagi rumusan kata-kata untuk menegaskan keabsahannya. Murid-murid Yesus harus berbicara benar tanpa melebih-lebihkannya dengan aneka taktik licik atau tanpa tawar-menawar lewat berbicara tentang ketidakbenaran atau pun melalui mengurangi atau meniadakan apa yang seharusnya menjadi bagian dari kebenaran itu sendiri. Apakah anda dan saya jujur dan berkata benar baik kepada Allah, diri sendiri dan kepada sesama? Apakah anda dan saya mengizinkan dengan leluasa Sabda Kebenaran Allah untuk merasuki pikiran dan hati kita pun juga untuk membentuk serta membina suara hati kita?
“Taruhlah sebuah peringatan ya Tuhan pada lidahku, sehingga saya selalu diingatkan untuk tidak bertutur-kata kelaliman yang bukan merupakan kebenaran; atau berpura-pura mengatakan kebenaran, karena tidak menyingkapkan seluruh kebenaran dan tanpa belaskasih; demi cinta Yesus Kristus, Tuhan kami.” Amin.
Copyright@12 Juni 2009, by: P. Paskalis B. Keytimu, SVD
Tidak ada komentar:
Posting Komentar