Senin, 8 Juni 2009
Masa Biasa
Bacaan: Matius 5: 1-12
Saya mengawali renungan ini dengan melemparkan pertanyaan reflektif sederhana berikut: “Apakah sebetulnya dimaksudkan dengan kehidupan yang baik, pokok dan tujuan akhir kehidupan?” Bukankah itu adalah ‘kebahagiaan”, yang merupakan kristalisasi dari semua kebaikan? Yesus mengalamatkan pertanyaan ini dalam kotbah-Nya di atas bukit. Kata “beatitude” secara literer berarti “kebahagiaan”. Apa yang menjadi pokok penekanan Yesus tentang ucapan bahagia, dan mengapa ucapan bahagia itu malah menjadi hal yang sentral dari ajaran-Nya?
Ucapan bahagia itu menyingkapkan hasrat yang hakiki dari kebahagiaan yang Allah telah tanamkan dalam setiap hati. Kebahagiaan itu sebetulnya mau mengingatkan sekaligus mengajarkan kita tentang tujuan akhir yang harus ditempuh karena untuk itulah Allah memanggil kita kepada Kerajaan Surga (Mt 4:17), untuk melihat/memandang Allah (Mt 5:8), masuk ke dalam kegembiraan Tuhan (Mt 25:21-23) dan masuk ke tempat perhentian Allah sendiri (Ibr 4:7-11). Ucapan bahagia Yesus juga menantang kita dengan pilihat-pilihan tegas terhadap kehidupan yang kita jalani di dunia ini dan sikap kita dalam menggunakan semua anugerah yang telah Allah berikan kepada kita. Apakah kita mencari kebaikan tertinggi, kesempurnaan, yang mengatasi segala sesuatu yang lain?
Ucapan bahagia yang Yesus tawarkan kepada kita merupakan suatu simbol, tanda kontradiksi dengan pemahaman dunia mengenai kebahagiaan dan kegembiraan. Kita boleh bertanya demikian: “Bagaimana seseorang mungkin dapat menemukan kebahagiaan di dalam kondisi kemiskinan, kelaparan, ratapan dan penganiayaan?” Dengan semangat kemiskinan kita sanggup menemukan ruang yang luas dan kegembiraan karena memiliki Allah sebagai harta yang teragung.
Orang-orang yang lapar dan haus akan kebenaran akan terus mencari makanan dan kekuatan di dalam Sabda dan Roh Allah sendiri. Dukacita dan ratap tangis mengatasi kehidupan yang sia-sia dan dosa, sekaligus memimpin kepada kebebesan yang memerdekakan dari beban kesalahan dan jiwa yang terpenjara. Allah menampakkan kepada orang-orang yang rendah hati sumber yang benar dari kehidupan yang berlimpah-limpah dan kebahagiaan. Yesus menjanjikan murid-murid-Nya bahwa kegembiraan surgawi akan mengatasi kesusahan dan kekerasan serta kesulitan yang dihadapi di dunia ini. Santu Thomas Aquinas berkata: “Tak seorang pun dapat hidup tanpa kegembiraan.” Itulah sebabnya orang yang menyia-nyiakan semangat kegembiraan hanya akan menemukan kesenangan-kesenangan jasmaniah. Entahkah anda dan saya senantiasa lapar dan haus hanya akan Allah?
“Tuhan Yesus, tambahkanlah rasa laparku akan Dikau dan tunjukkan kepadaku jalan yang memimpin kepada kedamaian dan kebahagiaan yang abadi. Semoga aku merindukan Dikau mengatasi segala sesuatu yang lain dan menemukan kegembiraan yang sempurna dalam melakukan kehendak-Mu.” Amin.
Copyright © 09 Juni 2009, by Paskalis B. Keytimu, SVD
Tidak ada komentar:
Posting Komentar