Hari Raya Tubuh Dan Darah Yesus Kristus
Minggu, 14 Juni 2009
Kis 24:3-8; Ibr.9:11-15; Mrk 14:12-16.22-26
Membaca Injil yang ditentukan untuk refleksi kita pada Hari Raya Tubuh dan Darah Tuhan kita Yesus Kristus, serta merta muncul pertanyaan sederhana berikut ini: “Mengapa Yesus menawarkan diri-Nya sendiri sebagai makanan dan minuman?” Yesus telah memilih momen Perayaan Paskah kaum Yahudi untuk memenuhi apa yang telah Ia maklumkan di Kaparnaum yakni memberikan Tubuh dan Darah-Nya sendiri kepada murid-murid-Nya (Yoh 6:51-58). Kembalinya Yesus kepada Bapa melalui kematian dan kebangkitan-Nya, Perjamuan Paskah Baru, diantisipasi dalam Perjamuan Malam Terakhir dan dirayakan dalam Ekarisiti atau Perjamuan Tuhan yang menyempurnakan Perjamuan Paskah kaum Yahudi dan mengantisipasi Perjamuan Paskah abadi dalam kemuliaan Kerajaan Allah. Inilah satu-satunya perjamuan Yesus yang paling berarti dan kesempatan yang paling penting dalam peristiwa pemecahan roti. Dalam perjamuan ini, Yesus mengidentifikasi roti sebagai Tubuh-Nya dan anggur sebagai Darah-Nya. Ketika Tuhan Yesus meminta murid-murid-Nya untuk makan tubuh-Nya dan minum Darah-Nya, Ia sebetulnya mengundang kita untuk mengambil bagian di dalam hidup-Nya sendiri. Kehidupan yang Ia telah persembahkan itu adalah kehidupan Allah sendiri. Kematian Yesus pada Salib, anugerah tubuh dan darah-Nya dalam perjamuan dan janji-Nya untuk dirayakan kembali bersama para murid ketika Kerajaan Allah datang dalam segala kepenuhannya merupakan mata-rantai yang tak terpisahkan. Yesus meminta para murid untuk melakukan hal ini sebagai peringatan akan Dia. “Setiap kali kamu makan roti ini dan minum dari piala ini, kamu memberitakan kematian Tuhan sampai Ia datang” (1Kor 11:26). Merayakan perjamuan Tuhan sesungguhnya mengantisipasi hari akhirat manakala Tuhan menjamu kembali para murid-Nya secara baru dalam perjamuan perkawinan Anak Domba dan pengantin-Nya di Surga. Apakah anda dan saya sadar akan kegembiraan minum darah Kristus dan mengecap tubuh Kristus dengan sepenuh hati di sekeliling meja perjamuan?
Santu Markus menghubungkan perjamuan akhir dengan kematian Yesus dan kedatangan Kerajaan Allah. Yesus membaharui perjamuan paskah Perjanjian Lama ke dalam perjamuan Perjanjian Baru dalam darah-Nya. Dalam Perjanjian Lama, roti dan anggur dipersembahkan dalam korban sebagai suatu tanda pengakuan dan penghargaan yang luhur kepada Pencipta. Persembahan roti dan anggur Melkisedek, imam dan raja (Kej. 14:18), disempurnakan kembali oleh persembahan yang dibuat Yesus, Imam agung dan Raja. Roti tak beragi pada perjamuan Paskah Yahudi dan mukjizat manna di padang gurun merupakan pemenuhan atas janji kesetiaan Allah kepada umat-Nya. Piala yang terberkati pada perjamuan akhir Paskah Yahudi merujuk kepada harapan Mesianik demi pembangunan Yerusalem. Yesus memberikan suatu makna yang baru dan definitif kepada roti dan piala yang terberkati ketika Ia melembagakan/memeteraikan Perjamuan Tuhan atau Ekaristi. Ia berbicara mengenai kehadiran Tubuh dan Darah-Nya dalam perjamuan yang baru. Ketika pada Perjamuan Akhir Yesus menggambarkan darah-Nya yang ditumpahkan bagi banyak orang demi pengampunan dosa-dosa (Mt 26:28), Ia sesungguhnya mengantisipasi akan peristiwa penyaliban-Nya sebagai suatu pengorbanan demi dosa-dosa. Kematian-Nya pada kayu Salib memenuhi persembahan Anak Domba Paskah. Itulah sebabnya mengapa Yohanes Pembaptis menyebut Dia sebagai Anak Domba Allah yang menghapus dosa-dosa dunia. Yesus membuat diri-Nya sendiri sebagai suatu persembahan dan menganugerahkan suatu hadiah yang sungguh berkenan kepada Bapa. Ia mempersembahkan diri-Nya kepada Allah sebagai persembahan yang tak bercacat demi menyucikan hati nurani kita (Ibr 9:14), dan menyerahkan diri-Nya bagi kita sebagai korban yang harum bagi Allah (Ef. 5:2). Perjamuan ini merupakan suatu kenangan akan kematian dan kebangkitan-Nya sendiri.
Tatkala kita menerima dari meja Tuhan, kita mempersatukan diri kita dengan Yesus Kristus, yang memungkinkan kita untuk mengambil bagian dalam perjamuan tubuh dan darah-Nya. Santu Ignatius dari Antiokia menyebutnya sebagai “satu roti yang memberikan obat yang tak dapat mati, penangkal kematian, dan makanan yang membuat kita hidup untuk selamanya di dalam Kristus Yesus”. Makanan supernatural ini akan menyembuhkan baik tubuh maupun jiwa kita dan memberikan kekuatan dalam perjalanan kita menuju Surga. Ketika kita mengelilingi meja Perjamuan Tuhan/Ekaristi, apa yang anda harapkan untuk menerima? Penyembuhan, pengampunan, bantuan dan ketenteraman bagi jiwamu? Tuhan memiliki lebih dari apa yang kita harapkan untuk menerimanya, lebih dari yang kita minta dan bayangkan. Buah dari menerima Ekaristi adalah suatu kesatuan yang akrab mesrah dengan Kristus. Ekaristi memperkuat kita dalam kemurahan hati dan menyanggupkan kita untuk mematahkan segala pagar yang memisahkan ciptaan dan untuk menjadi lebih kuat berakar dalam cinta Kristus. Apakah anda dan saya lapar akan Roti Hidup?
Tuhan Yesus, Engkau memberi kami makanan dan menyokong kami dengan kehadiran-Mu sendiri dan kehidupan. Engkau adalah Roti Hidup” dan “Piala Keselamatan”. Semoga aku selalu merasa lapar akan Dikau dan dipuaskan sendiri oleh Dikau”. Amin.
Copyright@14 Juni 2009, by: P. Paskalis B. Keytimu, SVD
Tidak ada komentar:
Posting Komentar