Rabu, 3 Desember 2006
Bacaan : Mat 15, 29-35
Sudah hampir pasti, setiap kita memiliki kerinduan hati yang ingin kita puaskan pada saatnya. Kerinduan akan sesuatu yang bernilai bagi hidup kita dan bagi hidup orang-orang yang kita cintai. Dalam bahasa yang tidak terlalu sederhana, kerinduan macam ini biasanya kita sebut juga impian atau harapan, yang merupakan salah satu kebajikan dalam hidup iman kita.
Mengapa kita berharap? Harapan biasanya lahir dari sebuah kenyataan kekurangan sesuatu yang dibutuhkan. Dan berhadapan dengan mengharapkan pemenuhan sesuatu kebutuhan, orang bukannya berharap sambil berlipat tangan, tetapi selalu ada unsur usaha, bahwa orang mengusahakan supaya apa yang diharapkannya dipenuhi. Inilah yang disebut sebagai dinamisme dalam harapan, orang mengharapkan sambil berusaha keras memenuhi harapan itu.
Inilah yang sedang terjadi dalam lukisan Injil hari ini. Penginjil Mateus mencatatnya secara indah sekali, "Lalu Yesus memanggil murid-murid-Nya dan berkata: "Hati-Ku tergerak oleh belas kasihan kepada orang banyak itu. Sudah tiga hari mereka mengikuti Aku dan mereka tidak mempunyai makanan. Aku tidak mau menyuruh mereka pulang dengan lapar, nanti mereka pingsan di jalan." Kata murid-murid-Nya kepada-Nya: "Bagaimana di tempat sunyi ini kita mendapat roti untuk mengenyangkan orang banyak yang begitu besar jumlahnya?" Kata Yesus kepada mereka: "Berapa roti ada padamu?" "Tujuh," jawab mereka, "dan ada lagi beberapa ikan kecil." Lalu Yesus menyuruh orang banyak itu duduk di tanah. Sesudah itu Ia mengambil ketujuh roti dan ikan-ikan itu, mengucap syukur, memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada murid-murid-Nya, lalu murid-murid-Nya memberikannya pula kepada orang banyak. Dan mereka semuanya makan sampai kenyang."
Yesus memang bisa membuat mukjizat perbanyakan roti dari ketiadaan, karena keAllahanNya, tetapi hal itu tak terjadi. Ia merasakan kebutuhan mereka yang telah mengikuti Dia kemanapun Dia pergi. Dan sebagai seorang pemerhati kemanusiaan, Dia tak mungkin membiarkan mereka pergi tanpa makan. Lahirlah harapan itu, sebuah kerinduan hati untuk memuaskan semua yang mengikuti Dia. Dan harapan yang Ia tunjukkan, Ia sebarkan juga ke kalangan para murid dan meminta mereka ambil bahagian dalam kerinduannya serta membuka diri bagi kenyataan kekurangan saat itu.
Dan hasilnya memang luar biasa. Yang mendengarkan syeringnya membuka diri, memberi dan Tuhan memberkati sehingga pemenuhan harapan itu berlipat ganda.
Begitulah kiranya harapan yang dikembangkan secara dinamis. Ketika menyertakan Tuhan dalam harapan dan kerinduan itu, maka kerjasama akan lahir secara luar biasa. Dan hasil akhirnya, kelimpahanlah yang dinikmati. Kiranya kita juga meletakan harapan kita di hadapan Tuhan dan aktif mengusahakan perwujudannya.
Tuhan, karena kerinduan hatiMu untuk memuaskan pencaharian kami akan Dikau, Engkau senantiasa menawarkan kepada kami untuk mengambil bahagian dalam rencanaMu. Gandakanlah kekuatan kami untuk bekerjasama denganMu, sehingga dunia kami boleh menikmati kepenuhan cinta kasihMu. Amin.
Copyright © 02 Desember 2008, by Anselm Meo SVD
Tidak ada komentar:
Posting Komentar