Bacaan : Lk 14, 15-24
Ada kontras yang dihadirkan di sini. Di satu sisi si tuan rumah yang mewakili sikap Allah menawarkan kelimpahan pemberiaanNya dalam bentuk jamuan makan; dan di sisi lainnya para tamu yang diundang, yang bergelut dengan kepemilikan mereka kepada barang atau hal yang belum tentu pas untuk mereka. Tawaran perjamuan yang limpah ditolak, tetapi terus berkutat dengan problem harian yang belum tentu dapat diatasi.
Tak jarang persoalan yang sama ini kita hadapi dalam keseharian kita. Mendapatkan hal baru dan berguna, kita ingin mencobanya sampai mendapatkan hasil. Sering sekali begitu terkonsentrasinya kita kepada hal-hal itu, membuat kita mudah mengabaikan sapaan seorang sahabat, undangan dan ajakan mereka, dan mungkin juga hampir tak punya waktu untuk menghadiri misa Minggu ataupun undangan Tuhan untuk berdoa dalam kesunyian. Mengapa? Karena seluruh pikiran kita tertuju pada kerja, program, alat-alat yang kita punyai sehingga bisa memberikan hasil segera buat kita.
Seperti halnya si tuan rumah, Tuhan mengundang kita semua untuk datang menemuiNya, dalam sebuah jamuan pesta. “Marilah, sebab segala sesuatu sudah siap.” Sebuah undangan dengan jaminan, bahwa menghadiri undangan Tuhan sama artinya menikmati kepenuhan dan mahkota segala usaha dan karya kita. Bukan tidak mungkin, kita memperoleh cara pandang baru, jalan keluar baru dari kemelut keseharian kita. Bukankah Ia juga bersabda, “Marilah kepadaKu, kamu semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberikan kepadamu.”?
Tuhan, seringkali perlu berhenti sejenak dalam keseharian hidup sambil memandang Dikau. Betapa undanganMu meneguhkan kesahajaanku. Amin
Copyright © 02 Nopember 2008, by Anselm Meo, SVD
Tidak ada komentar:
Posting Komentar