Kamis, 06 Nopember 2008
Filipi 3: 3 - 8; Mazmur 46: 1 – 5, 10 - 11 dan Lukas 15: 1 - 10
Apakah anda pernah merasa marah atau kecewa ketika orang lain mendapat promosi atau diperlakukan lebih baik dari apa yang semestinya mereka terima? Para ahli Taurat dan orang-orang Farisi merasa sangat terganggu karena Jesus begitu jauh keluar dari jalan-Nya untuk bertemu dengan orang-orang berdosa bahkan memperlakukan mereka dengan penuh kebaikan seolah-olah mereka adalah sahabat-sahabat-Nya.
Orang-orang Farisi memiliki peraturan dan regulasi yang ketat tentang bagaimana mereka harus menjaga jarak dari orang-orang berdosa, agar diri mereka tidak tercemar dan dianggap tidak layak untuk melakukan ritus keagamaan. Mereka sama sekali dilarang untuk tidak mempercayakan uang kepada orang-orang berdosa atau berhubungan dengan mereka dalam urusan apapun, atau menyampaikan suatu rahasia kepada mereka, mempercayakan anak-anak yatim piatu kepada mereka, atau menemani mereka dalam perjalanan, mengizinkan anak gadis mereka menikah dengan anak lelaki dari orang berdosa, atau mengundang orang-orang berdosa untuk makan di rumah mereka atau bertamu di rumah orang-orang berdosa.
Mereka sangat terkejut ketika melihat Jesus begitu bebas dan leluasa menerima para pendosa dan makan bersama mereka. Namun, orang-orang berdosa mengikuti Jesus karena ingin mendengarkan Dia berbicara tentang belas kasihan Allah. Secara karakteristik Jesus menanggapi tuntutan orang-orang Farisi dengan sebuah perumpamaan atau pelajaran yang berasal dari kehidupan sehari-hari.
Apa yang mau disampaikan Jesus kepada kita tentang kerajaan Allah melalui cerita-Nya tentang seekor domba dan satu dirham yang hilang?
Para gembala biasanya menghitung jumlah domba yang mereka miliki pada senja hari untuk mencek apakah semua domba selamat dan tak ada yang tersesat di padang. Dari kodratnya domba-domba sangat sosial, seekor domba yang terisolasi akan dengan cepat merasa bingung dan malah merasa terganggu. Kecemasan seorang gembala akan berubah menjadi kegembiraan ketika dia menemukan domba yang tersesat dan mengembalikannya ke tengah kawanan domba yang lain.
Seorang ibu rumah tangga yang kehilangan satu dirham akan berhadapan dengan malapetaka ekonomi keluarga, karena nilai dari satu dirham sama besarnya dengan gaji harian suaminya. Apa yang akan dia sampaikan kepada suaminya ketika dia kembali ke rumah dari tempat kerja? Mereka sangat miskin dan akan menderita karena kehilangan satu dirham. Kecemasan dan kesedihannya akan berubah menjadi kegembiraan ketika dia menemukan satu dirham yang hilang. Keduanya, seorang gembala dan seorang ibu rumah tangga „mencari sampai mereka menemukan apa yang hilang“. Determinasi dan keuletan mereka mendapat hasil yang memuaskan. Secara instink mereka membagikan rasa bahagia mereka dengan seluruh anggota komunitas.
Orang-orang miskin pada hakikatnya sangat baik dalam membagikan suka dan duka. Apa yang terasa baru dalam ajaran Jesus adalah upaya dan usaha yang harus dimiliki oleh para pendosa dan bukannya meratapi situasi hidup mereka yang berdosa. Allah tidak berbahagia atas kehilangan dari seseorang, tapi berhasrat supaya semua orang diselamatkan dan dikembalikan dalam persekutuan dengan-Nya. Karena itu semua anggota komunitas surgawi bergembira ketika seorang berdosa bertobat dan dipersatukan kembali dalam pesekutuan dengan Allah. Pencarian akan orang-orang yang hilang sangat diperlukan pada zaman kita ini. Apakah anda terus – menerus berdoa dan mencari mereka yang anda kenal yang telah kehilangan jalan dan arah menuju Allah?
Tuhan Jesus, biarkan terang-Mu melenyapkan kegelapan sehingga apa yang hilang ditemukan dan dipersatukan kembali. Semoga cahaya-Mu bersinar melalui hidupku sehingga orang-orang lain boleh melihat kebenaran dan cinta serta menemukan harapa dan damai di dalam Diri-Mu. Semoga saya tak akan pernah ragu tentang cintamu atau mengabaikan belas kasihan yang telah Engkau tunjukkan kepadaku. Penuhilah hidupku dengan cinta-Mu yang berdaya transformasi sehingga saya boleh berbelas kasihan sebagaimana Engkau berbekas kasihan. Amen.
Copyright © Francistown, 6 November 2008, by Josef Ruma, SVD
Tidak ada komentar:
Posting Komentar