Selasa, 30 Juni 2009
Pesta Martir-Martir Pertama Dari Gereja Roma
Bacaan: Matius 8: 23-27
Apakah yang lebih kuat dari ketakutan, pun ketakutan akan kematian? Kitab Suci memberi jawaban bahwa: “Di dalam kasih tidak ada ketakutan. Kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan, sebab ketakutan mengandung hukuman dan barangsiapa takut, ia tidak sempurna di dalam kasih” (1Yoh 4: 18). Lebih lanjut di dalam nyanyian Kebijaksanaan Salomo 8: 6 tertulis, “Cinta kasih lebih kuat daripada kematian.”
Lukisan penginjil Matius mengenai Yesus yang lagi tertidur ketika angin ribut menerjang danau dan serentak menyebabkan perahu mereka terombang-ambing hingga hampir tenggelam, sebetulnya mau menegaskan kebenaran tentang “kekerdilan iman” para murid Yesus. Mereka cemas dan takut akan kehidupan mereka, sekalipun Guru dan Tuhan mereka hadir dan menyertai mereka di dalam perahu. Para murid dikuasai oleh ketakutan hingga mata hati dan pikiran mereka tertutup untuk melihat situasi baru yang tengah dihadapi. Ketakutan yang membutahkan itulah yang melahirkan pula pertanyaan berikut: “Orang apakah Dia ini, sehingga angin dan danau pun taat kepada-Nya? (Mt 8: 27). Padahal mereka sebetulnya tahu bahwa siapakah selain Allah yang sanggup meneduhkan angin ribut? Siapakah selain Allah yang mampu melakukan mukjizat itu dan memerintahkan kekuatan alam untuk tunduk kepada Sabda-Nya.
Seperti para murid, kita pun sering kurang percaya bahwa Yesus adalah Allah. Barangkali kita hanya memiliki keyakinan bahwa Yesus adalah seorang yang baik, seorang nabi, dan tentu Dia adalah seorang kudus serta barangkali salah seorang yang sangat penting dalam sejarah manusia. Tetapi, apakah kita percaya bahwa Yesus sungguh-sungguh Allah, barangkali jawabannya tidak semudah kita membalikkan telapak tangan kita. Ajaran bahwa Yesus adalah Allah merupakan hal yang sungguh amat radikal karena ia nampak sebagai suatu syok yang membingungkan manakala kita merasa seolah-olah bergulat sendirian menghadapi pelbagai problema hidup. Kadang terlontar dari bibir kita pertanyaan seperti ini: “Di manakah Allah yang kata-Nya selalu mencintai kita, selalu hadir dan menemani kita dalam ziarah hidup ini, manakala kita menghadapi pencobaan, kesengsaraan bahkan kematian?”
Sebagaimana kepada para murid, demikian kepada kita hari ini, Yesus mengajukan pertanyaan yang sama: “Mengapa kamu takut, kamu yang kurang percaya? (Mt 8: 26). “Bagaimana kita dapat mengatasi ketakutan dengan iman? Apakah kita mengenali kehadiran Tuhan bersama kita, pun ketika kita sedang berada di tengah kepahitan hidup? Yesus telah menampakkan di dalam diri-Nya bahwa Allah tidak cuma memandang dengan dingin atau menjauhkan diri dari kita dan acuh tak acuh terhadap kehidupan kita tetapi Allah selalu siap untuk melibatkan Diri di dalam kehidupan kita, dunia kita dan sejarah kita. Allah hidup dan berkarya sebagai Seorang Manusia di dalam Diri Yesus dari Nazareth. Jawaban apa yang dirasa benar dan paling tepat demi realisasi semua kebenaran ini bagi kita? Barangkali hanya ada satu jawaban yang benar dan paling tepat yakni Iman yang pasrah tundak dan menyembah serta mengakui bahwa Yesus adalah Tuhan dan Allah demi kemuliaan Allah Bapa. Iman model ini tidak dapat menuntut bukti berdasarkan keinginan atau hasrat-hasrat kita, tetapi meluluh berdasarkan kehendak bebas Allah dalam memberi. Iman yang selalu terbuka untuk mendengarkan jawaban Yesus, “Ini Aku, jangan takut.”
Tuhan Yesus, semoga aku selalu mengenali kehadiran-Mu yang selalu menyertai aku. Ketika aku harus masuk ke dalam problema hidup atau pun ketakutan, semoga aku menemukan dukungan dan kekuatan untuk menjawab sesuai dengan rencana dan kehendak-Mu sendiri.” Amin.
Copyright © 28 Juni 2009, by : P. Paskalis B. Keytimu, SVD
Tidak ada komentar:
Posting Komentar