Sabtu, 11 April 2009
Vigili Paskah
Bacaan : Rom 6:3-11; Mk 16:1-8
Saat ini kita sedang merayakan Pesta Paskah, pesta kebangkitan Tuhan kita Yesus Kristus, pesta peralihan dari kegelapan menuju cahaya abadi. Kita tentu merasa gembira dan dengan sukacita menyanyikan lagu baru: “Alleluya.” Tetapi, apakah sebenarnya arti kebangkitan Tuhan itu bagi kita yang hidup sekarang, dalam masa yang ditandai oleh gejolak politik yang serba tidak menentu dan aneka macam krisis lainnya. Apakah sebenarnya arti kebangkitan itu bagi kita yang menyadari berbagai hambatan dalam pertumbuhan kesadaran penegakan keadilan?
Apakah sebenarnya arti kebangkitan bagi kita, yang mungkin sering merasa sulit untuk bicara jujur dan benar, karena takut akan resiko, entah itu kehilangan harga diri, pekerjaan, jabatan atau pun kuasa? Apa arti kebangkitan, bila cinta kasih, damai, kesetiakawanan dan saling berbagi, belum mewarnai keseharian kita, lantaran di sana-sini kita masih saling sikut, bersikap masa bodoh, acuh tak acuh, apatis, dan seterusnya. Kristus bangkit. Artinya apa? Satu peristiwa dalam sejarah yang sudah berlangsung dua ribuan tahun yang silam? Satu peristiwa yang sudah biasa kita rayakan setiap tahun? Satu kejadian yang kebetulan ditulis dalam Kitab Suci, atau satu peristiwa yang sudah masuk bahan buku-buku sejarah iman yang harus dihafalkan saja di sekolah?
Itu semua bukan arti dari kebangkitan. Kebangkitan adalah satu kejadian, yang masih berlaku sekarang, juga untuk masing-masing kita. Kristus masih bangkit sekarang dan hidup hari ini. Kristus bangkit dan hidup dalam diri kita.
Ketika kita dipermandikan kita bergabung dengan Kristus, kita mengambil bahagian dalam kehidupan-Nya, kita menjadi seperti Kristus, kita diciptakan kembali seturut citra, gambar atau rupa Kristus. Boleh dikatakan bahwa air muka dan rupa kita mencerminkan air muka dan rupa Kristus.
Sebagai orang Kristen, kita seharusnya dapat mencerminkan wajah Kristus dalam wajah kita. Sebagai orang Kristen, kita seharusnya memperlihatkan tingkah laku Kristus dalam tingkah laku kita. Dengan kata lain, kita harus tegar berjuang untuk melanjutkan hidup dan karya Kristus dalam hidup dan karya kita. Itulah tugas kita sebagai orang Kristen, ialah menjadi seperti Kristus, hidup mirip dengan Kristus, memperlihatkan Kristus dalam diri kita.
Kalau sekarang kita katakan bahwa Kristus sudah bangkit dan hidup, maka kita harus bisa bertanya lebih lanjut: “Sejauhmana Kristus bangkit dan hidup dalam diriku? Sejauhmanakah sifat-sifat Kristus kelihatan dalam tingkah lakuku?” Kita tentu masih ingat pengalaman Yudas Iskariot. Seorang sahabat, orang dekat Kristus, tetapi mudah sekali mengkhianati Kristus. Biar kita sudah dipermandikan seturut rupa Kristus, kita juga mungkin gampang turun dan merosot menjadi serupa Yudas.
Sifat kita rupanya bukan seperti Yudas, tetapi juga belum seperti Kristus. Kita agaknya masih merupakan satu campuran. Pesta Paskah yang kita rayakan saat ini memberikan kita satu tugas, yakni “Bersama Kristus hendaknya kita dikuatkan untuk mati terhadap dosa, terhadap sifat-sifat yang kurang baik dan menjalani hidup serba baru bersama dengan Kristus, Dia yang telah mengalami peralihan dari kegelapan maut menuju cahaya kehidupan.”
Dan kalau sekarang saya menyampaikan kepadamu semua: “Salam Selamat Pesta Paskah, maka yang saya maksudkan adalah harapan ini, ‘Semoga Kristus makin hari makin hidup di dalam bapa-ibu; saudara-saudari sekalian, di dalam kita. Agar kita dapat mencerminkan Kristus dalam hidup kita, agar wajah kita semakin mirip wajah Kristus, agar tingkah laku kita semakin menyerupai tingkah laku Kristus.
Kristus telah bangkit, Alleluya. Marilah kita bersorak-sorai, Alleluya. Amin!
Copyright © 08 April 2009 by P. Berkmans Keytimu, SVD).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar