Rabu, 17 Desembre 2008
Bacaan : Mateus 1, 1-17
Injil hari ini terasa kering saja karena penuh dengan nama-nama garis keturunan Yesus. Setiap keluarga memiliki garis keturunan. Biasanya garis keturunan itu diceritakan turun temurun agar akar dari keluarga diketahui dan relasi dengan orang lain dapat terjalin secara benar terutama dalam hal perkawinan. Injil hari ini tidak dimaksudkan untuk itu. Penginjil Mateus mau menunjukkan sesuatu yang lain sama sekali. Ada sesuatu yang amat penting yang hendak disampaikan olehnya berkenaan dengan pribadi Yesus. Bagi orang Yahudi yang mengenal dengan baik sejarah leluhur mereka nama-nama yang disebutkan dalam daftar silsilah Yesus tidaklah asing. Bagi orang kita sekarang yang kurang membaca dan merenungkan perisitiwa dalam perjanjian lama akan sulit melihat hubungan satu sama lain.
Dalam silsilah itu disebutkan beberapa orang dengan sifat khusus seperti Yehuda yang kawin dengan Tamar, istri anak sulungnya. Raja Daud juga melahirkan Salomon hasil perkawinan dengan isteri Uria. Dari nama-nama itu juga nampak bahwa tidak semuanya orang asli Israel, misalnya saja Rut, Tamar. Dari nama raja-raja yang keturunan Daud tidak semuanya raja yang baik dan mengikuti perintah Tuhan. Keadaan inilah yang mau ditunjukkan oleh Mateus dengan silsilah Yesus ini. Mateus mau menunjukkan bahwa rencana Allah untuk menyelamatkan manusia di luar pikiran manusiawi kita. Sekalipun manusia sering melawan Tuhan, tidak setia kepadaNya, Tuhan tidak pernah akan melupakan manusia. Ia tetap ingat akan manusia dan mencintainya apapun keadaan kita.
Sejarah hidup setiap kita, baik dan yang indah maupun yang menyakitkan; garis keturunan kita entah itu terdiri dari orang-orang yang terhormat atau hina tetaplah menjadi tempat Allah menampakkan kesetiaan dan rahmatNya. Bila kita melihat sejarah hidup kita dihiasi oleh noda hitam dan putih bercampur, Yesus memiliki sejarah keluarga yang demikian. Bila garis keturunanku dipenuhi oleh orang yang tidak selalu memiliki nama yang harum, Yesus memiliki garis keturunan yang demikian juga. Yesus memang menjadi sama denganku saat ini, saya tidak sendirian dalam perjalanan hidup. Sejarah hidupku, keluargaku merupakan medan Allah menampakkan rahmat dan kemuliaanNya. Tak ada alasan bagiku untuk berkecil hati. Allah menganggap diriku - dengan segala latar belakang sejarah dan keluargaku – berharga di mataNya.
Tuhan, berilah saya hati yang senantiasa bersyukur karena Engkau telah masuk dalam sejarah hidupku melalui peristwa kedatanganmu menjadi manusia. Amin
Copyright © 16 Desember 2008 by Paul Tolo, SVD
Tidak ada komentar:
Posting Komentar