Senin, 15 Desember 2008
Bacaan : Mat. 21, 23 - 27
Untuk tampil secara lebih percaya diri dan didengarkan banyak orang, dewasa ini orang bicara tentang kualifikasi akademis ataupun pengalaman yang membuatnya layak dipercaya atau didengarkan banyak orang. Tak heran kita mulai mencari sekolah, berguru bahkan dengan berbagai upaya mendapatkan pengakuan berupa sertifikat, diploma dan ijazah. Untuk apa? Sederhana saja, kita ingin menjadi lebih baik, baik dalam hal mengajarkan sesuatu ataupun lebih baik dalam hal pendapatan, bahkan jabatan.
Hari ini Injil Mateus menghadapkan kepada kita soal yang sama pada suatu masa ketika Yesus hidup. "Lalu Yesus masuk ke Bait Allah, dan ketika Ia mengajar di situ, datanglah imam-imam kepala serta tua-tua bangsa Yahudi kepada-Nya, dan bertanya: "Dengan kuasa manakah Engkau melakukan hal-hal itu? Dan siapakah yang memberikan kuasa itu kepada-Mu?"
Menjadi pengajar dalam agama Yahudi adalah suatu status sosial yang terhormat. Karenanya ada banyak orang mencari guru, rabi dan pengajar terkenal untuk mendapatkan pengetahuan dari mereka. Para ahli Taurat dan imam-imam juga mendapatkannya, karenanya rasanya mereka berhak untuk mendapatkan status sosial sebagai pengajar orang Yahudi.
Bagaimana dengan Yesus, seorang pemuda Nazaret anak Yusuf? Siapakah gurunya? Dengan kuasa mana Dia mengajarkan orang banyak sehingga banyak orang mendengarkan Dia dengan penuh antusias? Bagaimana mungkin caranya mengajar 'mengalahkan' cara mengajar para ahli Taurat? Semua pertanyaan yang sangat mengusik kenyamanan status sosial para lawan Yesus, dalam hal ini para ahli Taurat dan orang Farisi serta kaum imam.
Dari mana Yesus memperoleh semuanya ini? Jawabannya adalah karena Ia mengalami dan menghidupkan pengalaman keseharianNya dengan Allah. Dia tak membutuhkan untuk mendengarkan orang berbicara kepadaNya tentang Allah, karena Ia hidup bersama Allah, Ia mengalami Allah. Hidup Yesus adalah suatu kehidupan dan perjalanan bersama Allah. Dan berbeda dengan orang Saduki, Farisi, Yesus tidak mengajarkan tentang Allah untuk menarik orang banyak kepada diriNya, tetapi secara konsekwen menghantar semua orang kepada kehadiran Allah.
Dan SabdaNya itu masih terdengar segar hari ini, karena Ia berbicara kepada hati manusia, memenuhi mereka semua dengan harapan akan hidup, karena SabdaNya memberikan terang dan pengertian yang semuanya berasal dari Allah. Ia berbeda dari mereka, karena Ia hidup bersama Allah dan mengasihi Allah serta menjabarkannya dalam kasih kepada semua yang mendengarNya.
Tuhan Yesus, SabdaMu penuh kuasa dan hidup, ajarkanlah kami semua untuk hidup. Kami butuhkan terang, juga di saat sekarang. Engkau mampu memberikannya kepada kami semua. Amin.
Copyright © 15 Desember 2008 by Anselm Meo SVD
Tidak ada komentar:
Posting Komentar