Kamis, 20 Nopember 2008
Lk 19, 41 - 44
Membaca dengan seksama penggalan Injil hari ini, kita mungkin bisa merasakan betapa pedihnya hati seorang putra Israel sejati seperti Yesus, ketika menyaksikan kota Yerusalem, kota Allah, lambang damai sejahtera kini berada di ambang kehancurannya. Yesus menangisinya, katanya, “Betapa baiknya, jika hari ini juga engkau mengerti apa yang perlu untuk damai sejahteramu, wahai Yerusalem!”
Kita bertanya, mengapa Yesus menangisi kota itu? Ia bukan saja merasa sedih karena di kota itu tengah meraja lela kekerasan, sebuah kota tanpa damai, sebuah kota yang ketiadaan sejahtera buat para penduduknya. Tetapi lebih dari itu Yerusalem dan penduduknya akan segera menyaksikan akhir dari sebuah kesaksian hidup Yesus dan menolak kunjungan Allah yang memperhatikan kaum miskin dan menderita, yang menyata dalam diri Yesus. Itulah yang menyata dalam ungkapan, “karena engkau tidak mengetahui saat, bilamana Allah mengunjungi engkau.”
Sebuah permenungan tentang bagaimana mengusahakan dan mendoakan damai, mengupayakan kesejahteraan dan kemakmuran bersama Allah. Bahwa kemajuan dan upaya mencapai kesejahteraan masyarakat seyogyanya memperhatikan upaya untuk menciptakan damai, keadilan dan perhatian bagi yang lemah dalam masyarakat.
Dan bila hal ini sungguh diusahakan, kita sebenarnya tengah memahami damai dan kesejahteraan sebagai sebuah saat rahmat, saat Allah melawati umatNya. Kita perlu untuk senantiasa mendoakan sejalan dengan upaya kita mewujudkan damai dan kesejahteraan.
Tuhan Yesus, Engkau menunjukkan kami bahwa kehadiran damai dan kesejahteraan adalah saat Allah melawati umatNya. Semoga kami terus mendoakan serta bekerja demi mewujudkannya bersamaMu. Amin.
Copyright © 19 Nopember 2008, by Ansel Meo SVD
Tidak ada komentar:
Posting Komentar