Jumat, 21 Agustus 2009
Bacaan : Mt. 22, 34-40
Sebetulnya mengejutkan juga jawaban Yesus hari ini terhadap pertanyaan ahli kitab tentang hukum mana yang terbesar? Yesus tidak sama sekali menyebutkan satupun perintah dari 10 Hukum Tuhan yang diterima Musa di Gunung Sinai, tetapi memberikan sesuatu yang lain. Yesus menunjukkan bahwa hukum yang utama adalah Mencintai: "Cintailah Tuhan Allahmu, dan cintailah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri".
Mengapa tak satupun perintah yang dipandang penting oleh orang Yahudi disetir oleh Yesus dalam jawabanNya kepada si ahli kitab. Bagi orang yang terbiasa berpikir positip, jawabannya bisa diberikan, bahwa apa yang dipaparkan dalam 10 hukum itu berisi perintah dan larangan saja, sedangkan apa yang diberikan Yesus bernada positip dan dinamis. Yah... mencintai itu sesuatu yang bersifat positif dan dinamis, ketika dalam jawabanNya Dia bilang, "Cintailah Tuhan AllahMmu dengan segenap hatimu, dengan segenap jiwa ragamu dan dengan segenap kekuatanmu. ... Dan cintailah sesamamu manusia tanpa batas...."
Bagi Yesus tak dibedakan lagi mana yang terbesar dalam jawabanNya. Dua hukum yang diberikan Yesus yakni mencintai Tuhan dan mencintai sesama manusia memiliki nilai yang sama, yang satu tak bisa dipisahkan dari yang lain. Jawaban ini memang sepadan dengan apa yang ditnjukkan Yesus selama hidupNya. Bahwa cinta kepada sesama tak bisa dipisahkan dari cinta kepada Allah. Seorang yang mencintai Allah dengan segenap hati seyogyanya adalah orang yang mencintai sesamanya tanpa batas. Dan Yesus sendiri mengorientasikan hidupNya sendiri kepada orientasi cinta ini.
Kalau Yesus sudah menunjukan jalan demikian, apakah yang harus kita tanyakan lagi tentang orientasi hidup kita. Jawaban Yesus kepada si ahli Taurat adalah sebuah indikasi tentang jalan dan orientasi kita. Kita semua tanpa kecuali mesti mencintai seperti Yesus sendiri. Itulah orientasi bersama kita, itulah arah hidup kita.
Tuhan, semoga kami tahu dan yakin bahwa orientasi hidup kami sesungguhnya yakni mencintai Allah kami dengan segenap hati dan mencintai sesama kami tanpa batas. Amin.
Copyright © 20 Agustus 2009, by Ansel Meo SVD
1 komentar:
Kalo bayi mati ga di baptis masuk neraka? kapankan si bayi nanggung dosa
warisan emak-bapaknye? Kasian ya, bayi ga tau apa-apa mati trus masuk neraka cuman
gara-gara ga di baptis, emang yesus pernah berdogma begitu? Nah
doktrin setiap manusia harus di baptis fiktip dong? Ya iya lah yang
bikin tuh doktrin aja manusia kesetanan, penganut pagan, si paulus ama
si barnabas dongo. Trus emang yesus pernah bilang 'Tuhankanlah Aku?' ,
ya jelas ga pernah, yang bilang yesus tuhan adalah orang orang dongo
yang bermusyawarah di anthiokia di bawah kaisar idiot romawi pada
waktu itu, karena yesus dapat melakukan hal-hal luar biasa atas izin
Allah, si kaisar romawi dongo terinspirasi dongeng idiot romawi
tentang dewa yang menjelma jadi manusia, so dia menganggap yesus
adalah tokoh pada dongeng romawi idiot tersebut, jadi secara sepihak dia
mengkultuskan yesus is tuhan, nah karena idiot nya tuh kaisar, para
anggota majelis yang hadir harus nurut apa yang di bilang tuh kaisar
romawi, yang mana dulu dia benci banget ama yesus dan terus setelah yesus mampus tiba-tiba dia pro ke yesus ama ajaran nya,
padahal dia mau menyesatkan penganutnya, karena agama pagan yang di anutnya terancam oleh ajaran yesus. Ya iya lah kalo ga nurut ama kemauannya di
hukum pasung ama tuh kaisar romawi para anggota majelisnya. Bye
percuma gw ngomong panjang lebar, orang sesat kayak lo tuh di jelasin
juga ga bakal ngerti, daaah...
Posting Komentar