Selasa, 11 Agustus 2009
Pesta Santa Klara
Bacaan : Mt 18, 1-5.10.12-14
Yesus dalam Injil hari ini menyelesaikan pelayananNya di Galilea dan sedang bersiap-siap berjalan menuju Yerusalem, tempat di mana Ia akan menderita dan wafat. Injil melukiskan bahwa " pada saat itu para muridNya mendekati Dia." Tetapi ketika mereka mengajukan pertanyaan kepadaNya, kita bukannya mendapat kesan bahwa mereka dekat dengan Yesus, malah sebaliknya mereka sesungguhnya tengah menjauhi Yesus. Dalam teks paralel injil Markus 9, 33 dst dijelaskan episode yang sama dengan kata-kata ini: Yesus baru saja menyampaikan perihal penderitaanNya dan para murid bukannya menunjukkan bahwa mereka peduli dengan apa yang Dia katakan, mereka malahan mendiskusikan di antara mereka tentang siapa yang terbesar di antara mereka. Kita menyaksikan di sini betapa bedanya hal yang yang menjadi perhatian antara sang Guru dengan yang diperhatikan oleh para muridNya.
Kalau kita memandang sikap kita dewasa ini, hal yang sama ini juga sedang kita ulangi. Kita sering sekali melupakan Injil dan pesan-pesannya, karena kita sibuk dengan kecemasan tentang diri kita sendiri, kita mengutamakan kepentingan kita sendiri. Apa yang dikatakan Yesus sebagai jawaban atas sikap para muridNya dan kita?
Yesus tidak menjelaskannya dengan perkataan lagi. Dia menempatkan seorang anak kecil di tengah-tengah mereka. Dan menunjuk pada anak kecil itu, Dia mengatakan, "Jika kamu tak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tak akan memasuki Kerajaan Allah." Dengan kata-kata inilah Yesus sesungguhnya memulai pengajaranNya tentang hidup persaudaraan Kristiani dengan sebuah penegasan yang nampak sangat kecil dan sederhana, bahwa seorang murid Yesus adalah seperti seorang anak kecil atau seorang putra, dan bahwa mereka senantiasa tinggal dan bertindak sebagai anak. Yesus dalam perkataanNya hari ini tidak mengatakan bahwa seorang anak harus bertumbuh dan menjadi orang dewasa. Tapi yang mau ditekankan di sini bahwa dalam kerajaan Allah yang selalu akan ada adalah anak-anak Allah. Dan Yesus menambahkan bahwa yang terbesar adalah anak-anak. Jadi siapa yang menerima anak-anak itu sebagai muridNya, mereka sesungguhnya sedang menerima Dia sendiri.
Apakah yang sesungguhnya sedang Yesus katakan di sini untuk kita dewasa ini? Secara singkat kita bisa mengatakan bahwa Yesus sedang mengundang kita untuk menjadi serupa dengan Dia sendiri. Ia sedang mengundang kita untuk memiliki hati yang selalu siap menerima yang lain. Yesus sedang meminta kita untuk menjadi murah hati seperti diriNya sendiri. Kita mesti menerima setiap muridNya seperti DiriNya sendiri. Sebuah undangan yang sebetulnya menegaskan bahwa semua murid Yesus dan siapapun yang dipanggil untuk menjadi muridNya adalah orang yang bermartabat tinggi, seorang anak Allah, anak-anak KerajaanNya yang sama-sama dicintai oleh Allah dan oleh Yesus sendiri.
Yesus mengundang kita semua untuk terlibat dalam hidup komunitas murid yang dibangun atas dasar kasihNya yang abadi. Bahwa hidup komunitas yang demikian ada dalam hatiNya dan siapapun yang menyebabkan skandal dalam kehidupan para muridNya, akan ditindak dengan tegas. Terlihat di sini betapa cinta yang teramat besar antara Yesus dengan kehidupan komunitas muridNya. Yesus menghendaki hidup komunitasNya, hidup anak-anak Kerajaan BapaNya. Dan untuk hidup mereka inilah, hidupNya sendiripun Dia relakan. Dia mau mati demi menyelamatkan hidup anak-anak BapaNya yang di Sorga.
Persis inilah jalan kemuridan yang Dia kehendaki agar kita menapakinya.
Tuhan, kami Kaupanggil untuk menjadi serupa dengan Dikau. Dan jalan yang mesti kami tapaki adalah menjadi seperti seorang anak kecil. Kiranya hidup dan perjuangan kami hari ini diwarnai juga oleh kerinduan untuk menjadi serupa dengan Dikau. Amin.
Copyright © 11 Agustus 2009, by Ansel Meo SVD
Tidak ada komentar:
Posting Komentar